Oleh : Mohammad Iksan Lutfie
(Ketua Umum IMM Cabang Ternate 2007)
Pengukuhan pengurus Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Maluku Utara periode 2025 – 2027 seharusnya menjadi ruang sakral untuk perenungan, bukan sekadar seremoni struktural. Ia bukan momentum memamerkan siapa yang dilantik, melainkan titik balik untuk menakar kembali ke mana arah gerakan IMM ke depan.
Kita perlu bertanya dengan jujur: untuk apa IMM ada? Siapa yang IMM bela? Apakah IMM hari ini hadir sebagai kekuatan moral-intelektual atau sekadar pengelola program tahunan?
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
IMM Maluku Utara hidup dalam konteks sosial yang khas—daerah kepulauan, ketimpangan akses pendidikan, kerusakan lingkungan akibat pertambangan. Namun sering kali IMM lebih banyak hadir dalam forum-forum internal tanpa keberanian tampil di medan sosial yang riil. IMM mulai kehilangan kepekaan terhadap isu-isu umat, kemanusiaan dan kebangsaan.
Pengurus baru tidak boleh sekadar mengisi struktur. Mereka adalah motor kesadaran kolektif. IMM bukan tempat mencari panggung, tetapi medan pengabdian, tempat menempa diri dalam dialektika gagasan dan keberpihakan kepada kaum tertindas.
Sudah saatnya IMM Maluku Utara keluar dari bayang-bayang rutinitas struktural yang membosankan. Pengurus harus membaca ulang nilai profetik IMM: humanisasi, liberasi, dan transendensi. Tiga pilar ini bukan hanya jargon, tetapi arah gerak nyata—membela yang miskin, menyuarakan yang tertindas, dan menyalakan nurani moral dalam keheningan zaman.
IMM harus berani mengoreksi diri. Banyak program kaderisasi yang gagal menyentuh kesadaran kritis. Banyak diskusi hanya menjadi formalitas. Banyak pelatihan hanya menjadi ladang dokumentasi tanpa transformasi. IMM tidak sedang kekurangan kader, tetapi kekurangan orientasi nilai.
Otokritik ini bukan untuk melemahkan, tapi justru untuk menguatkan. Karena hanya organisasi yang berani jujur pada dirinya sendiri yang mampu bertahan, berkembang, dan relevan. IMM tidak boleh larut dalam kebanggaan historis, sebab tantangan ke depan jauh lebih kompleks.
Pengukuhan ini adalah awal dari kerja panjang. Bukan tentang berapa banyak rapat kerja dibuat, tapi seberapa jauh kita hadir untuk masyarakat. Bukan tentang siapa ketua, tapi bagaimana kolektif bergerak bersama. IMM Maluku Utara harus menjadi organisasi yang hidup, tumbuh, dan berjuang untuk kebaikan publik, bukan sekadar eksis di spanduk dan media sosial.
Sekali lagi, jadikan pengukuhan ini sebagai titik balik. Saatnya IMM membersihkan niat, menajamkan pikiran, dan memperkuat keberanian untuk kembali ke jalan ideologi: berpihak pada rakyat, bersuara untuk kebenaran, dan setia pada nilai Islam berkemajuan. Abadi perjuangan.!!!
Penulis : Mohammad Iksan Lutfie
Editor : Redaksi