Kasedata.id – Seorang ibu bernama Sunarti Hasan tak kuasa menahan kesedihannya setelah anaknya dinyatakan tidak diterima di SMA Negeri 1 Ternate, salah satu sekolah favorit di Kota Ternate. Bahkan, ia mengungkap anaknya kini mengalami depresi karena merasa kehilangan harapan melanjutkan pendidikan di sekolah impian tersebut.
Kejadian ini bermula saat hasil Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) diumumkan pada 1 Juli 2025. Anak Sunarti, Muhammad, dinyatakan lulus dalam SPMB. Keesokan harinya, anak Sunarti datang ke sekolah untuk menjalani proses verifikasi ulang berkas, pada awalnya semua berjalan normal.
Namun pada 4 Juli kemarin, pihak sekolah secara mengejutkan menyatakan bahwa anak Sunarti tidak diterima karena alasan domisili. Keputusan mendadak ini membuat keluarga bingung segaligus terpukul karena hampir seluruh sekolah lain telah menutup pendaftaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Anak saya di rumah depresi karena penyakit lamanya kambuh. Saya tadi sudah temui Pak Joko, metua Panitia SPMB SMA Negeri 1 untuk minta penjelasan,” ujar Sunarti dengan nada kecewa kepada media, Sabtu (5/7/2025).
Ia menyayangkan kurangnya kejelasan dari pihak sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Utara terhadap proses SPMB yang justru berdampak psikologis pada anaknya.
“Kalau memang tidak terima, kenapa tidak dari awal saja. Anak saya itu urutan ke-41 dari 212 pendaftar. Kalau sejak awal jelas, kami masih bisa mendaftar di sekolah lain. Tapi sekarang semua sudah tutup,” keluhnya.
Sunarti juga menegaskan bahwa kebijakan SPMB ini telah membuat banyak orang tua kehilangan kepercayaan, karena bukannya memberikan solusi justru membingungkan.
Sementara itu, Ketua Panitia SPMB SMA Negeri 1 Ternate, Joko Rasmono, saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa hasil kelulusan dari sistem belum sepenuhnya final. Ia menegaskan bahwa diperlukan proses verifikasi faktual khususnya terhadap data domisili siswa, sebelum status lulus bisa dianggap sah.
“Dalam proses seleksi, orang tua sudah menandatangani surat pernyataan bahwa mereka akan melalui verifikasi faktual. Itu sesuai juknis (petunjuk teknis). Jadi yang tidak sesuai akan didiskualifikasi,” jelas Joko.
Ia menambahkan, saat ini ada 11 siswa yang bermasalah pada aspek domisili, sementara kuota yang tersedia di SMA Negeri 1 Ternate adalah 432 kursi, kini telah terisi oleh 421 siswa.
Ditempat terpisah, sejumlah orang tua siswa yang anaknya gagal masuk ke SMA Negeri 1 Ternate langsung menemui Wakil Gubernur Malut, Hi Sarbin Sehe bersama Sekertaris Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Malut Ramli Kamaluddin. Pertemuan ini berlangsung di Kediaman Gubernur, Kelurahan Takoma, Kota Ternate, Sabtu (5/7/2025) sore, untuk mendengarkan aspirasi para orang tua tersebut. (*)
Penulis : Sukarsi Muhdar
Editor : Sandin Ar