Nikmatnya Pisang Rebus Mama Daripada MBG

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 14:08 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sukarsi Muhdar/Penulis

Sukarsi Muhdar/Penulis

Oleh : Sukarsi Muhdar
(Jurnalis Maluku Utara)

Negara memberi kesempatan kepada seluruh anak bangsa untuk menikmati pendidikan, bahkan berusaha mengembalikan hak hidup rakyat melalui berbagai program. Salah satunya adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) yang cetuskan Presiden Prabowo. Program pemerintah pusat ini menyedot anggaran begitu fantastik. Karena menjadi program prioritas,maka kebijakan efisiensi anggaran untuk memangkas dari sejumlah sektor penting lainnya.

Presiden Prabowo Subianto, dalam orasi politiknya di Gelora Bung Karno beberapa waktu lalu berjanji menyelamatkan anak-anak dari kekurangan gizi agar mereka tumbuh menjadi harapan bangsa. “Anak-anak kita harus diberi makan gratis.” Janji ini terdengar seolah memberi harapan terbaik agar generasi bangsa terhindar dari sakit dan kekurangan gizi. Namun realitas di lapangan, janji atau perintah Presiden yang digerakan oleh bawahannya justru mengejutkan. Menu MBG yang digadang-gadang bergizi, lengkap ala “empat sehat lima sempurna,” malah menjadi ancaman terutama di daerah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejumlah media lokal seperti kasedata.id dan pijarpena.id melaporkan kasus puluhan siswa di Kota Ternate mengalami keracunan setelah mengonsumsi paket MBG. Ada yang harus dirawat berhari-hari di rumah sakit dengan gejala mual, pusing, hingga diare. Lebih memilukan lagi, ditemukan ulat dalam salah satu paket MBG.

Program ini memang membawa dampak positif, tetapi juga menimbulkan sisi gelap. Portal Indonesia mencatat pada 2025, banyak anggaran prioritas lain seperti pendidikan, kesehatan, hingga program kesejahteraan masyarakat ikut terpangkas demi membiayai MBG. Akibatnya, kepercayaan publik terhadap pemerintah perlahan runtuh.

Baca Juga :  Kemaksiatan Politik dalam Kegagalan Paripurna DPRD Halsel

Dalam pidato Nota Keuangan di Sidang Tahunan MPR, Presiden Prabowo menyebut anggaran MBG 2026 akan melonjak drastis hingga Rp335 triliun, dari sebelumnya Rp71 triliun. Angka fantastis ini dikhawatirkan justru memperberat beban fiskal negara dan daerah.

Pisang Rebus Mama

Sebelum hadirnya program MBG, anak-anak di pedesaan Maluku Utara tumbuh dengan pangan lokal hasil kebun, sagu, pisang, hingga kasbi (singkong). Makanan sederhana ini diolah menjadi papeda, keripik, pisang goreng, atau direbus dengan santan. Menu sederhana itu sering dipadukan dengan dabu-dabu manta, sambal khas Maluku Utara.

Sepulang sekolah dengan perut lapar, mama selalu menyiapkan pisang rebus panas dan dabu-dabu. Sederhana, tapi mengenyangkan dan menyehatkan. Tak pernah terdengar ada anak keracunan “pisang rebus santang.” Justru, energi dari makanan itu membuat anak-anak kuat bermain lompat tali atau berlari di lapangan.

Kini, setelah MBG hadir, pisang rebus mama kian jarang dimasak. “Kan sudah makan makanan MBG, sudah kenyang toh?” begitu kata mama. Padahal, lauk MBG tempe, tahu, atau potongan semangka tidak pernah bisa menandingi rasa nikmat dan kehangatan pisang rebus buatan tangan mama.

Fakta di lapangan menunjukkan program ini belum siap. Dimana, 9 dari 10 dapur penyangga MBG di Kota Ternate belum bersertifikat pelatihan Hygiene Sanitasi Pangan (HSP). Artinya, mayoritas dapur belum memenuhi standar kesehatan, namun dipaksa tetap beroperasi. Tragisnya, beberapa di antaranya justru melayani sekolah-sekolah yang siswanya keracunan.

Baca Juga :  Gema Takbir dan Semangat Berkurban di Makorem 152 Baabullah

Secara nasional, MBG diluncurkan 6 Januari 2025, mencakup 190 titik layanan di 26 provinsi. Di Maluku Utara sendiri, tahap awal hanya menyentuh Ternate dan Halmahera Barat, sebelum diperluas. Presiden Prabowo bahkan menyebut tingkat keberhasilan program ini mencapai 99,99 persen atau 3,4 juta penerima manfaat. Sedangkan insiden keracunan disebut hanya 200 anak atau 0,005 persen dari total penerima. Namun, angka itu seolah menutupi kenyataan bahwa standar operasional program dikorbankan demi mengejar pencitraan.

Lebih parahnya, publik sulit mendapatkan informasi terbuka. Beberapa media mengungkap dugaan Dinas Kesehatan Kota Ternate bersama Badan Gizi Nasional (BGN) Maluku Utara menutupi hasil uji laboratorium terkait kasus keracunan siswa. Komisi III DPRD Kota Ternate bahkan menyoroti kurangnya transparansi ini, menuntut agar data dibuka demi keselamatan generasi muda.

Masyarakat tidak menolak MBG. Mereka hanya bertanya, adakah jaminan keselamatan bagi anak-anak yang mengonsumsinya? Sebab, apa gunanya makanan gratis bergizi bila masih menyisakan kekhawatiran, penyakit, bahkan nyawa yang terancam?

Sementara, pisang rebus mama tetap menyimpan makna. Ia sederhana, tapi sarat kehangatan, tradisi, dan bukti bahwa pangan lokal bisa lebih menyehatkan dibanding program fantastis yang menjadi ancaman.

Kadang benar-benar bergizi bukan apa yang dibeli dengan triliunan rupiah. Melainkan apa yang direbus dengan cinta di dapur sederhana oleh seorang mama. (*)

Penulis : Sukarsi Muhdar

Editor : Sandin Ar

Berita Terkait

Kepulauan Sula Butuh Sentuhan Muhammadiyah
Tren Pengibaran Bendera One Piece
Pendidikan Tanpa “Akar” di Bumi Fogogoru
UU ITE, Tim Siber dan Penanganan Buzzer-Akun Palsu
Menjaga Togal Busua
Kemaksiatan Politik dalam Kegagalan Paripurna DPRD Halsel
Dari Guraici ke Gugus Pulau Makayoa
Catatan Pengukuhan IMM Maluku Utara; Sebuah Otokritik

Berita Terkait

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 14:08 WIT

Nikmatnya Pisang Rebus Mama Daripada MBG

Senin, 15 September 2025 - 21:03 WIT

Kepulauan Sula Butuh Sentuhan Muhammadiyah

Senin, 11 Agustus 2025 - 20:22 WIT

Tren Pengibaran Bendera One Piece

Minggu, 3 Agustus 2025 - 19:36 WIT

Pendidikan Tanpa “Akar” di Bumi Fogogoru

Sabtu, 26 Juli 2025 - 19:24 WIT

UU ITE, Tim Siber dan Penanganan Buzzer-Akun Palsu

Berita Terbaru

Festival Nyao Fufu yang berlangsung di Kelurahan Dufa-Dufa, Kota Ternate [Foto : sukarsi/kasedata]

Daerah

Festival Nyao Fufu di Ternate Berlangsung Meriah

Senin, 6 Okt 2025 - 20:15 WIT