Kasedata.id – Pelayanan pasien cuci darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasan Boesoirie (CB) Ternate yang sebelumnya dikeluhkan, kini kembali berjalan. Stok cairan pencuci darah (haemosafe) yang sempat kosong kini mulai tersedia yang dipinjam dari RSUD Tobelo, Halmahera Utara.
Krisis pelayanan ini mencuat setelah seorang keluarga pasien gagal ginjal mengeluhkan pelayanan pada Senin (4/8/2025) lalu, karena RSUD CB mengalami kekosongan cairan haemosafe hingga mendapat sorotan dari komisi IV DPRD Provinsi Maluku Utara, Muhajirin Bailusy.
Keluhan tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Hukum dan Humas RSUD CB, Floriani Sumtaki. Ia menyatakan, keterlambatan pengiriman disebabkan faktor cuaca buruk yang menghambat distribusi melalui jalur laut. ” Jadi pengiriman diperkirakan tiba pada 10 hingga 11 Agustus ini ,” ujarnya.
Untuk mengatasi kekosongan stok cairan itu, RSUD CB Ternate kemudian mengambil langkah cepat. Kepala Bidang Farmasi dan Sarana Kesehatan, Muhlis Marhaban, menjelaskan pihaknya telah menghubungi RSUD Tobelo untuk meminjam 50 cergen cairan haemosafe.
“Karena kondisi darurat, kami langsung mengarahkan pasien ke rumah sakit terdekat dan berinisiatif meminjam cairan dari RSUD Tobelo. Pengiriman dilakukan selasa dan tiba di Ternate pada rabu pagi,” kata Muhlis kepada wartawan, Kamis (7/8/2025).
Menurut Muhlis, saat ini RSUD CB Ternate hanya dapat mengoperasikan dua dari tiga mesin cuci darah karena satu mesin mengalami kerusakan. Setiap mesin menggunakan cairan dari vendor berbeda, yakni dari Kota Manado dan Kota Makassar yang telah menjadi rekanan tetap rumah sakit.
Muhlis juga mengungkapkan yang menjadi penyebab seringnya keterlambatan pengadaan alat kesehatan, yakni persoalan utang kepada pihak vendor.
” Tapi vendor tetap melayani, karena prinsipnya adalah kemanusiaan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sistem pembayaran dengan vendor biasanya dilakukan dengan skema tempo tiga bulan. Utang dari periode sebelumnya telah dilunasi, sementara pemesanan baru belum dibayar karena belum jatuh tempo.
“Plafon pembelian ditentukan lewat negosiasi dengan vendor. Yang penting kami bisa tetap layani pasien,” tambahnya.
Menanggapi isu lain terkait pengurangan dosis suntikan hemoglobin (Hb) kepada pasien, Muhlis menegaskan bahwa pemberian dosis dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.
“Kalau ada pasien yang hanya mendapat suntikan sekali, itu karena menyesuaikan hasil laboratorium. Pemberian Hb tidak bisa sembarangan, karena berisiko bagi keselamatan pasien,” pungkasnya. (*)
Penulis : Sukarsi Muhdar
Editor : Sandin Ar