Kasedata.id– Pepatah klasik, pantang mundur sebelum berhasil. Pepatah ini layak dialamatkan kepada para pelajar di Desa Waisakai, Kecamatan Mangoli Utara Timur, Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul).
Berjuang demi pendidikan, demi ilmu, sering kali menuntut mereka rela berkorban, bahkan mempertaruhkan “nyawa” sekalipun saat menyeberangi derasnya Sungai Waisakai untuk mencapai Madrasah Aliyah Swasta (MAS) LPM di seberang.
Puluhan siswa ini harus melintasi sungai selebar sekitar 34 meter dengan kedalaman mencapai 1 meter, tanpa jembatan yang menghubungkan desa mereka dengan sekolah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemandangan penuh keberanian tersebut menjadi rutinitas harian mereka, meski arus sungai kerap mengancam keselamatan.
Marwan Umaternate, warga setempat menggambarkan betapa mencekamnya situasi ini.
“Anak-anak sangat takut dan sering panik saat menyeberang. Nyawa mereka dipertaruhkan,” ujarnya kepada media ini, Jumat (9/5/2025).
Burhan Umasugi, warga lainnya, menambahkan bahwa masalah ini sudah berulang kali disuarakan kepada pemerintah daerah dan DPRD, namun hingga kini belum ada tanggapan serius.
“Pemda harus segera membangun jembatan, terutama saat musim hujan ketika arus sungai semakin deras,” desaknya.
Warga menegaskan pendidikan adalah hak setiap anak, termasuk siswa di Waisakai yang berjuang melawan ketakutan setiap harinya.
“Jangan diam saat generasi muda Sula kesulitan mengakses pendidikan,” tegas Burhan. (*)
Penulis : Karno Pora
Editor : Sandin Ar