Kasedata.id — Di tengah persiapan Hari Raya Idul Adha, datang sebuah kabar penuh makna pada Jumat pagi, (6/6/2025), di halaman Masjid Al Munawar Desa Waiu, Kecamatan Mangoli Tengah, Kabupaten Kepulauan Sula, yang bikin warga terharu. Seekor sapi kurban didatangkan, bukan dari pemerintah atau para politisi melainkan dari tangan-tangan anak rantau, putra Desa Waiu yang jauh dari kampung halaman.
Mereka merantau namun tak melupakan akar dan tanah kelahiran. Para pemuda asal Waiu yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia ini bersama-sama menyumbangkan satu ekor sapi sebagai wujud syukur dan kepedulian mereka.
Risdiansah S. Gay, salah satu coordinator menyampaikan pesan menyentuh mewakili seluruh anak rantau. “Ini adalah amanah dari kami semua, anak-anak Desa Waiu yang sedang berjuang di tanah rantau. Kami titipkan satu ekor sapi ini sebagai sedekah dan doa untuk kampung tercinta. Mohon diterima dan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pelaksanaan ibadah kurban,” kata Risdiansah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Kepala Desa Waiu, Fahrul Kedafota, menerima kurban tersebut dengan rasa haru. Dalam pidatonya yang singkat namun penuh makna, ia mengaku merasa bangga. “ Anak-anak desa ini telah menunjukkan bahwa meski raga jauh, hati mereka tetap pulang ke kampung. Semoga kalian selalu diberi kesehatan dan kekuatan dalam meniti rezeki di tanah orang,” kata Fahrul.
Supriyadi Kemhay, salah satu warga desa, mengatakan kurban tahun ini bukan sekadar tradisi. Ini adalah simbol kuat bahwa desa ini masih hidup dalam hati mereka yang merantau. “ Hewan kurban ini seperti jembatan—menghubungkan para perantau dengan kampung halaman untuk mengikat tali persaudaraan,” ungkapnya,
Sapi itu pun diserahkan secara resmi oleh pemerintah desa ke Masjid Al Munawar yang kemudian dipotong dan dibagikan kepada seluruh warga tanpa pandang status atau suku.
Momentum tersebut menjadi pengingat bahwa makna kurban bukan hanya pada penyembelihan hewan, tapi juga tentang ikatan emosional dan spiritual yang menghubungkan masyarakat, tak peduli sejauh apa mereka berpijak. (*)
Penulis : Karno Pora
Editor : Sandin Ar