Pada Senin (26/8/2023), saya diajak tim dari Forum Daerah Aliran Sungai (Fordas) Kie Raha Maluku Utara mengunjungi Kelurahan Dorari Isa Pulau Hiri Kecamatan Pulau Hiri Kota Ternate. Tim ini tidak hanya dari Fordas tetapi juga Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ternate Tidore Ibrahim Tuhateru, Sekretaris Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara Ahmad Zaky dan Balai dua perwakilan dari Balai Pengelolan Daerah Aliran Sungai dan Lingkungan Hidup (BPDAS-LH) Ake Malamo Provinsi Maluku Utara. Hadir juga dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) bersama pengurus Fordas.
Tim saat tiba di Pulau Hiri langsung menuju ke daerah puncak Kelurahan Dorari Isa, menemui pengurus dan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Buku Manyeku yang diketuai Dahlan Toniku sekaligus sebagai ketua kelompok tani Mario Laha.
Kunjungan ini tujuannya selain bersilaturahmi, sekaligus menjalin kolaborasi mendukung kelompok tani ini jalankan berbagai kegiatan. Terutama yang telah dijalankan beberapa tahun ini. KTH ini sendiri didirikan pada 2017 lalu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat pertemuan di tempat usaha KTH, kurang lebih 1 kilometer dari puncak Dorari Isa, disampaikan sejumlah hal termasuk dukungan untuk kelompok tani.Dalam pertemuan tersebut, Hidayat Marasabessy sebagai Ketua Fordas menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Juga menyampaikan rencana dukungan sperti yang telah dilakukan berbagai pihak untuk peningkatan kegiatan dan kemajuan KTH ke depan. Satu hal yang disentil Hidayat adalah kebutuhan air oleh kelompok tani untuk kegiatan pertanian horticulture dan mengolah minyak atsiri cengkih.
Sementara Achmad Zakih perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara dalam pertemuan itu menyampaikan beberapa poin penting. Misalnya terkait rencana pengembangan pertanian dengan perlunya didorong program agroforestry.
Dia menyebut, ada hal menarik karena yang didorong ke depan adalah model agroforestry kepulauan. Program ini dalam bentuk kebun campuran tanaman selain cengkih dan pala. Terutama menanam tanaman yang memiliki tajuk pohon lebih tinggi dan berlapis.
Tujuannya tajuk pohon bertingkat itu mampu menahan laju run off ketika terjadi hujan. ”Ke depan Hiri ini jadi contoh kita bisa kembangkan pola agroforestry di pulau kecil,”jelas Zaky.
Dia berharap apa yang didorong ini bisa menjadi contoh di pulau kecil lainya. “Dengan program ini diharapkan selain tajuk pohon bisa menahan air juga bisa meminimalisir dampak bencana,” katanya.Sementara Tohirin perwakilan dari BPDAS-HL menyampaikan bahwa memperhatikan kebutuhan yang sangat mendesak dari kelompok tani hutan ini, mereka akan menyediakan bantuan atau fasilitas Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH) untuk menangkap air hujan. Menurutnya kebutuhan yang mendesak itu maka sangat layak diberikan bantuan IPAH untuk membantu menyediakan air bagi aktivitas pertanian horticulture maupun dalam mengolah produk lainya. “Kelompok ini secara kelembagaan dan kerja kerja sangat jelas karena itu layak dibantu untuk meningkatkan kegiatan KTH.”katanya.

Kepala KPH Ternate Tidore Ibrahim Tuhateru menyampaikan untuk mendorong KTH ini terus berkembang dibutuhkan kolaborasi. Terutama dengan pemerintah kota Ternate, perlu ada integrasi program dengan organisasi perangkat daerah (OPD). Terutama dinas pertanian dan dinas pariwisata. OPD ini sangat berperan penting dalam meningkatkan peran dan kerja KTH. Dia bilang segera dilakukan rapat dengan Bappeda Kota Ternate. Selain didorong permohonan Wali kota ke kementerian membantu pengembangannya terutama untuk jasa lingkungan di pulau Hiri. “Ke depan perlu dikembangkan jasa lingkungannya,” ujar Ibrahim.Sementara ketua IAGI Maluku Utara Abdul Kadir Arif kesempatan itu sedikit menjelaskan kepada anggota dan ketua KTH, terkait geologi pulau Hiri yang sangat rentan bencana terutama terkait banjir dan tanah longsor. Dia bilang Pulau Hiri adalah sebuah pulau vulkanik. Karena itu memiliki struktur tanah yang sama dengan pulau Ternate. Pulau ini, sesuai hasil kajian geologi mengalami letusan diperkirakan 1,3 juta tahun yang lalu. Sebagai pulau vulkanik memiliki tanah yang tidak solid. Karena itu jika ada longsoran karena hilangnya tutupan hutan atau juga cutting atau digusur tanpa memperhatikan dampaknya akan menyebabkan bencana yang tidak diharapkan. Karena itu Dedy sapaan akrabnya meminta KTH dan masyarakat selalu memperhatikan hal ini.
Terkait program yang dilakukan KTH, saat sedang meniti tiga produksi baik pertanian maupun hasil olahan produk pertanian dan perkebunan.
Ketua KTH Buku Manyeku Dahlan Toniku dalam rapat itu meyambut baik gagasan kolaborasi yang dilakukan. Dia menyampaikan rasa syukur dan terimakasih atas segala upaya yang rencana diberikan kepada kelompok ini.
Dia sempat menyampaikan beberapa kebutuhan penting yang dirasakan sangat mendesak. Salah satunya masalah air. Sebab mereka tidak punya sumber air yang tetap dan hanya mengharapkan air hujan. Sementara alat penampung air hujan yang dimiliki juga kapasitasnya sangat terbatas. Sementara air itu dibutuhkan tidak hanya untuk menanam tetapi juga untuk mengolah daun cengkih menjadi minyak atsiri,
“Untuk mengolah minyak atsiri butuh air mencapai 400 liter per sekali produksi. Jadi kebutuhan air itu sangat tinggi,” katanya.KTH ini selain mengolah hasil perkebunan ikutan seperti daun cengkih mereka juga menanam sayur dan mengolah keripik nenas. Ada tiga yang diproduksi. Yakni pertanian horticulture dengan menanam tomat, cabe serta singkong yang menggunakan lahan seluas 2, hektar. Juga mengolah daun cengkih menjadi atsiri. Termasuk mengolah nenas menjadi kripik.
“Saat ini hasil produksi dipasarkan di tingkat lokal dulu karena masih membutuhkan sejumlah izin untuk dipasarkan lebih luas,” tutup Dahlan.(*)
Editor : Redakasi
Sumber Berita: Halmaherapedia.com