Kasedata.id – Program Makanan Bergizi (MBG) yang digagas pemerintah pusat dan dijalankan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya berjalan sesuai harapan. Sejumlah temuan di lapangan menunjukkan ada persoalan serius terkait kualitas makanan, mulai dari dugaan keracunan siswa hingga penemuan ulat hidup dalam menu yang disajikan.
Tercatat, kasus keracunan dialami sejumlah siswa SMK Negeri 5 Ternate beberapa hari lalu. Tak lama berselang, seekor ulat hidup ditemukan dalam makanan siswa MTs Negeri 1 Ternate, serta penemuan serupa di SD Negeri 1 Halmahera Utara pada Rabu kemarin (30/7/2025). Rentetan insiden ini memunculkan kritik tajam dari DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Maluku Utara.
Ketua Bidang Kesehatan DPD IMM Maluku Utara, Sri Sumitro, menyatakan program MBG saat ini justru menjadi ancaman bagi keselamatan siswa di Maluku Utara dan perlu dievaluasi secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“ Rentetan kejadian ini bukan sekadar kelalaian teknis. Ini adalah kegagalan sistemik dalam pengawasan mutu makanan. Jangan sampai program yang tujuannya meningkatkan gizi, justru jadi sumber petaka bagi siswa,” tegas Sri melalui siaran persnya, Kamis (30/7/2025).
Sri merujuk pada kasus 22 Juli lalu, saat belasan siswa SMK Negeri 5 Ternate mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan MBG hingga dilarikan ke Rumah Sakit. Disusul dengan temuan ulat hidup dalam makanan MBG di MTs Negeri 1 Ternate pada 29 Juli. Kemudian insiden serupa di SD Negeri 1 Halmahera Utara keesokan harinya.
Menu makanan yang ditemukan diduga bermasalah mencakup sayur-sayuran, telur, buah-buahan, tempe, dan ikan. Ulat kecil berwarna putih ditemukan diantara porsi tersebut yang diperuntukkan bagi konsumsi anak-anak sekolah dasar.
IMM Malut menilai pemerintah terlalu fokus pada pencapaian kuantitas distribusi tanpa memperhatikan kualitas dan higienitas makanan. IMM menuntut agar penyaluran makanan dari penyedia yang terbukti lalai segera dihentikan, sembari menunggu audit kualitas menyeluruh oleh pihak berwenang, termasuk melibatkan lembaga independen.
“Makanan mengandung ulat dan menimbulkan keracunan tidak hanya mencoreng nama baik program nasional, tapi juga berpotensi menimbulkan trauma pada siswa dan orang tua,” lanjut Sri dalam pernyataan resminya.
Karena itu, IMM Malut juga mendesak ada investigasi independen dan transparan, serta meminta pelibatan organisasi mahasiswa, akademisi, dan perwakilan orang tua sebagai bagian dari pengawasan sosial terhadap pelaksanaan program.
Menurut Sri, program MBG adalah langkah strategis dalam pemenuhan gizi anak bangsa. Jika tidak disertai pengawasan dan kontrol kualitas yang ketat, program ini justru bisa menciptakan krisis kepercayaan di tengah masyarakat.
“Kami akan terus mengawal jalannya program ini. Bila tidak ada perbaikan konkret, kami tidak segan melakukan aksi protes terbuka sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap masa depan anak-anak bangsa,” pungkas Sri.
Sekedar diketahui bahwa penyaluran makanan MBG di MTs Negeri 1 Kota Ternate telah dihentikan sementara setelah ditemukannya ulat hidup dalam salah satu porsi makanan siswa. Kepala Sekolah Sahdi Muhamad Laher membenarkan kejadian tersebut dan langsung meminta evaluasi menyeluruh sebelum distribusi dilanjutkan.
Insiden ini mencuat setelah sebuah video berdurasi 30 detik memperlihatkan siswa panik dan berteriak karena menemukan ulat dalam makanan. Video tersebut menyebar luas di media sosial pada Selasa (29/7/2025), memicu kecaman publik dan mendorong pemerintah untuk bertindak secara serius. (*)
Penulis : Pewarta
Editor : Sandin Ar