Kasedata.id — Produksi udang vaname di Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) menunjukkan tren peningkatan yang signifikan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Halbar, Agus Mahole, yang optimis terhadap potensi budidaya udang di wilayah tersebut.
Menurut Agus, panen udang vaname diperkirakan berlangsung setiap 90 hari, dengan beberapa kelompok budidaya yang aktif, yakni di Desa Tuada, Gamlamo, dan Gofasa. Namun, tambak di Gamlamo dan Gofasa masih bersifat tradisional sehingga hasil panennya belum sebanyak di Tuada.
“Kemarin, kami menyerahkan 100 ribu bibit udang ke Gamlamo dan sekitar 200 ribu ke Tuada. Tambak di Tuada sudah difasilitasi untuk intensifikasi sehingga tingkat kepadatan tebar bibitnya lebih tinggi,” ujarnya kepada media ini, Selasa 31 Desember 2024.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Agus menyebutkan bahwa target produksi udang tahun ini mencapai 4,8 hingga 4,9 ton. Sebagian besar hasil panen akan dipasarkan secara lokal dengan beberapa di antaranya dikirim ke Kawasan Industri Weda Bay (IWIP).
“Pasar lokal masih dominan, tapi sebagian besar hasil panen sebelumnya sudah dikirim ke Weda. Jika ada kendala pemasaran, kami siap memfasilitasi para petambak untuk bekerja sama dengan pihak yang biasa mendistribusikan ke sana,” jelasnya.
Harga udang vaname saat ini cukup menjanjikan, yakni sekitar Rp85 ribu per kilogram. Agus optimistis produksi dapat ditingkatkan hingga 5 ton jika dukungan pakan dan manajemen tambak terus diperbaiki. Ia juga berharap kelompok budidaya dapat mandiri dalam hal teknis dan manajerial di masa depan.
“Kami terus membimbing mereka, mulai dari pemberian pakan, vitamin, hingga pencatatan produksi. Bantuan dari provinsi juga tersedia untuk mendukung keberlanjutan usaha. Ke depannya, target kami adalah membentuk kelompok baru yang bisa ikut diberdayakan,” tambahnya.
Agus menekankan pentingnya motivasi bagi para petambak untuk terus meningkatkan hasil produksi. “Ketika mereka sudah merasakan hasilnya itu akan menjadi motivasi besar. Kami mendukung dari hulu ke hilir, termasuk pemasaran lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” tutupnya. (*)
Penulis : Iin Afriyanti
Editor : Sandin Ar