Dari Guraici ke Gugus Pulau Makayoa

Sabtu, 7 Juni 2025 - 19:07 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Asmar Hi.Daud/Latar Pulau Guraici dan sekitarnya ||  dok : kasedata.id

Asmar Hi.Daud/Latar Pulau Guraici dan sekitarnya || dok : kasedata.id

Oleh : Asmar Hi. Daud
(Akademisi Unkhair Ternate)

“Jika kita keliru menyebut diri, kita bisa keliru menyusun nasib,”kata Mukhtar A. Adam.

Dalam arus wacana pemekaran wilayah di Maluku Utara, nama Gugus Pulau Makayoa kembali didengungkan. Bagi sebagian orang, nama ini masih terdengar sebagai istilah administratif. Namun jika ditelusuri lebih dalam, gugus ini mengandung narasi sejarah dan jati diri yang jauh lebih kuat daripada sekadar usulan Daerah Otonom Baru (DOB).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu simpul penting dalam gugus ini adalah Guraici — sebuah nama yang berasal dari akar kata gura-ici, yang berarti “pusat perahu-perahu kecil.” Bukan kebetulan, sebab sejak dahulu, Guraici dikenal sebagai titik temu, tempat transit, dan simpul konektivitas antarpulau. Mereka bukan sekadar gugus pulau, tapi ruang sosial dan ekonomi yang menghidupi masyarakat dari perahu, laut, dan jaringan solidaritas antar pesisir.

Dalam pengertian ini, Guraici adalah metafora, dan Makayoa adalah manifestasi. Wilayah ini dibentuk bukan oleh jalan-jalan aspal, tetapi oleh arus laut, pelabuhan kecil, serta semangat gotong royong antar pulau. Mereka tumbuh dari logika maritim, dari realitas kehidupan yang menjadikan laut sebagai jalan raya utama, bukan sekadar batas atau hambatan geografis.

Dari Akar Budaya Maritim

Baca Juga :  Aku Ingin Kembali Ber-IMM (Refleksi Kelahiran IMM ke-61 Tahun)

Usulan pemekaran DOB Gugus Pulau Makayoa tidak bisa hanya dinilai dari aspek administratif, jumlah penduduk, atau sekadar proyeksi potensi fiskal. Ia harus dibaca sebagai ikhtiar untuk memulihkan cara pandang pembangunan, dari yang selama ini terpusat pada daratan, menjadi berpihak pada identitas kepulauan.

Makayoa, sebagaimana Guraici, menegaskan bahwa konektivitas laut adalah nadi kehidupan, dan bahwa negara harus hadir dengan pendekatan yang sesuai dengan kenyataan geografis dan budaya. Jika pusat perahu kecil seperti Guraici mampu menjadi simpul peradaban lokal selama berabad-abad, mengapa negara modern tidak bisa menyusunnya kembali dengan sistem yang lebih adil dan berkelanjutan?

Gerakan Restoratif

Dalam banyak kasus, DOB gagal menjadi solusi karena disusun di atas kepentingan elitis, tanpa akar yang kuat dalam identitas sosial dan sejarah lokal. Namun Makayoa berbeda. Mereka hadir sebagai kesadaran kolektif masyarakat gugus pulau yang selama ini merasa tersisih dalam sistem pemerintahan yang lebih berpihak pada daratan besar.

Di sinilah DOB Makayoa menjadi penting, bukan sekadar menambah kabupaten, tetapi menambah ruang pengakuan. Gugus Pulau Makayoa memberi peluang pada model kelembagaan baru yang lebih representatif. Pos layanan keliling laut, sistem pendidikan kepulauan, pelayanan kesehatan antar-pulau, serta statistik yang membedakan desa darat dan desa laut.

Baca Juga :  Catatan 100 Hari Kerja Sherly-Sarbin

Menjawab Tantangan Ekonomi Biru

Jika Indonesia serius dengan visi ekonomi biru dan transformasi maritim, maka Gugus Pulau Makayoa adalah laboratorium hidupnya. Di sinilah kita bisa mengembangkan sistem perikanan berbasis komunitas, wisata bahari yang lestari, serta inovasi logistik laut yang menjangkau pulau-pulau kecil secara adil.

Lebih dari itu, Makayoa adalah peluang untuk mendesain ulang hubungan negara dan laut, yaitu dari pendekatan yang eksploitatif menjadi yang partisipatif dan berbasis kedaulatan lokal. DOB Makayoa bisa menjadi tonggak lahirnya otonomi maritim, bukan sekadar otonomi wilayah.

Kembali ke Akar

Guraici mengingatkan kita bahwa sebelum negara hadir, masyarakat kepulauan sudah membangun konektivitasnya sendiri. Mereka saling mengunjungi, berdagang, dan membentuk ikatan sosial melalui jalur laut. Makayoa adalah kelanjutan dari kisah itu.

Hari ini, kita punya peluang untuk menebus ketimpangan itu — bukan dengan membangun jembatan beton, tapi dengan membangun kesadaran baru bahwa kita adalah anak-anak laut, bukan anak-anak daratan. Kita dibentuk oleh layar dan ombak, bukan oleh aspal dan trotoar.

Gugus Pulau Makayoa bukan sekadar wilayah administratif, tetapi adalah pernyataan sikap, simbol identitas, dan arah baru untuk pembangunan yang adil dan relevan bagi negeri Kepulauan Nusantara seperti Indonesia. (*)

Penulis : Asmar Hi.Daud

Editor : Redaksi

Berita Terkait

Catatan Pengukuhan IMM Maluku Utara; Sebuah Otokritik
Makayoa Menagih Janji Nusantara
Bayang-Bayang Slot Zeus, Ancaman Generasi Bangsa
Dibalik Gemerlap Emas PT. TUB Halmahera Barat
Catatan 100 Hari Kerja Sherly-Sarbin
Merayakan Milad ke-61, Merawat IMM, Memajukan Indonesia
Aku Ingin Kembali Ber-IMM (Refleksi Kelahiran IMM ke-61 Tahun)
Jurnalis, Antara Butuh dan Musuh

Berita Terkait

Sabtu, 7 Juni 2025 - 19:07 WIT

Dari Guraici ke Gugus Pulau Makayoa

Jumat, 23 Mei 2025 - 18:14 WIT

Catatan Pengukuhan IMM Maluku Utara; Sebuah Otokritik

Selasa, 20 Mei 2025 - 04:13 WIT

Makayoa Menagih Janji Nusantara

Senin, 21 April 2025 - 00:02 WIT

Bayang-Bayang Slot Zeus, Ancaman Generasi Bangsa

Jumat, 18 April 2025 - 17:30 WIT

Dibalik Gemerlap Emas PT. TUB Halmahera Barat

Berita Terbaru

Lembaga Sensor Film menggelar sosialisasi Literasi dan Edukasi Hukum Bidang Perfilman dan Penyensoran.

Daerah

LSF RI Gelar Literasi dan Edukasi Hukum Bidang Perfilman

Kamis, 19 Jun 2025 - 11:47 WIT

Longsor di kawasan perbatasan antara Kelurahan Kelumata dan Ngade || dok : haerun_kasedata

Daerah

Hujan Deras Picu Longsor di Ternate Selatan

Kamis, 19 Jun 2025 - 11:32 WIT

Kampus UMMU || Foto : istimewa

Pendidikan

FISIP UMMU Gelar Yudisium, Ini Daftar Enam Lulusan Terbaik

Kamis, 19 Jun 2025 - 10:02 WIT

Kepala Sekolah SMPN 6 Ternate, Astuti Djumati, saat diwawancarai usai anak-anak didiknya menjuarai liga pelajar 2025 || Foto : haerun_kasedata

Olahraga

Kemenangan SMPN 6 Ternate Jadi Magnet Calon Siswa Baru

Kamis, 19 Jun 2025 - 09:02 WIT