Kasedata.id — AKBP Anita Ratna Yulianto, Kapolres perempuan pertama di Ternate, kembali mencuri perhatian. Bukan karena seragam atau pangkatnya, melainkan karena pendekatan empatik dalam meredam dua aksi demonstrasi mahasiswa yang berlangsung serentak di dua lokasi berbeda pada Jumat (2/5/2025) kemarin. Pendekatan dialogis yang ia usung berhasil meredam potensi bentrokan dan membuka ruang solusi ditengah suasana yang sempat memanas.
Unjuk rasa digelar oleh mahasiswa Cipayung Plus di depan Kantor Wali Kota Ternate dan kediaman Gubernur Maluku Utara berlangsung dalam tensi tinggi. Namun kehadiran AKBP Anita di tengah kerumunan, dengan pendekatan penuh kesabaran dan dialog, secara perlahan meredam ketegangan tersebut. Selama hampir empat jam, ia aktif menjadi jembatan komunikasi antara para demonstran dan pihak pemerintah.
Strategi Anita terbilang sederhana. Ia tidak hanya berkoordinasi dengan aparat keamanan di lapangan, tetapi juga turun langsung berdialog dengan mahasiswa. Dengan pendekatan empati, ia memahami keinginan mahasiswa untuk berdialog langsung dengan Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe. Meski yang bersangkutan berhalangan hadir, Anita tidak kehilangan arah.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya bilang ke adik-adik, kalian ini orang-orang intelektual, kita bisa bicara baik-baik,” ujar Anita kepada kasedata.id. “Mereka ingin bertemu Pak Wagub, tapi beliau sedang tidak di tempat. Maka kita cari solusi yang tetap menghormati aspirasi mereka,”tambahnya.
Dengan sigap, Anita menghubungi pihak protokoler Wakil Gubernur. Hasilnya, disepakati bahwa pertemuan resmi akan dijadwalkan setelah mahasiswa mengirimkan surat permohonan audiensi.
“Kalau mahasiswa panas, lalu kita ikut panas, kapan kita bisa temukan solusi?. Ibarat api dan air, kita harus bisa memilih untuk menjadi penyejuk bukan memperkeruh suasana” ungkap Anita.
Cara AKBP Anita Ratna Yulianto dalam menangani situasi ini menjadi contoh bahwa pendekatan dialogis, humanis, dan empatik dari seorang pemimpin mampu menciptakan penyelesaian damai dalam konflik yang berpotensi memanas. (*)
Penulis : Haerun Hamid
Editor : Sandin Ar